1/18/2014

Ketika Si Penghianat diberi Amanat


"kiamat takkan terjadi sampai merajalelanya omongan kasar dan saling umpat, pemutusan tali silahturahim serta buruknya hubungan antar tetangga, dan sampai pengkhianat diberi amanat sedang yang terpercaya dianggap pengkhianat" (HR. Ahmad) 

itulah sabdah Rasulullah Saw, dan bisa kita lihat saat ini , omongan kasar , jorok dan kotor sudah menjadi hal yang lumrah saat ini , bahkan bisa disebut suatu trend. orang tua membunuh anak, anak membunuh orang tua itu adalah pemandangan yang hampir tiap hari kita lihat dipemberitaan. dan banyak tetangga yang mestinya menjadi saudara dekat kini menjadi rival abadi .

Dan sekarang saya membahas kata pengkhianat yang diberi amanat, kalau yang dimaksud sekedar amanat menitipkan barang lalu yang dititipi kabur, membawa barang itu, dampaknya tidaklah seberapa. Tapi jika yang dimaksud adalah amanat sebuah Kepemimpinan dan jabatan dalam sebuah negara tentu akan lain urusannya. Kalau pejabat tidak amanat dan suka korupsi, rakyat yang tidak tahu apa-apa akan merasakan dampak buruknya yaitu terpuruknya perekonomian.

dan dari apa yang telah terjadi dan yang akan datang, kebanyakan diantaranya sudah terjadi dan merajalela di tengah manusia. Pemimpin diberikan kepada orang-orang yang bukan ahlinya hingga jadilah orang-orang yang memimpin justru manusia-manusia rendahan, orang-orang kelas budak dan manusia-manusia bodoh . Mereka menguasai negri dan kepemerintahan, dengan itu mereka menumpuk harta dan meninggikan gedung-gedung. mereka tidak pernah istirahat dari maksiat , tidak ingin mendengarkan nasihat. mereka adalah manusia-manusia bisu , tuli dan buta .

banyak yang ingin menjadi Caleg , dan banyak mengeluarkan dana untuk mencetak spanduk, banner , bendera partai , mengelar acara-acara kepartaian dan memberi sokongan dana kepada masyarakat, dan tentu dialah yang akan berpeluang mendapat kursi jabatan. dan tidak diherankan lagi jika setelah menjabat, fokus utamanya bukanlah menunaikan amanah atau janji-janji yang telah diumbar , melainkan usaha untuk mengembalikan modal yang harus keluar dimasa perjuangan merebut suara. 

Wallahu musta'an . inilah realita yang harus kita hadapi , semoga kelak akan tiba pemimpin yang benar-benar amanah .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar